Sabtu, 09 April 2016

MAKALAH PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HADIST


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tuntunan Islam sangat menekankan akan urgensi pendidikan bagi umat manusia. Pada hakikatnya pendidikan sebagai jalan satu-satunya menuju kehidupan yang tentram dan damai baik di dunia juga di akhirat. Bagaimana manusia akan tentram di dunia apabila ia tidak mengetahui ilmu-ilmu dunia ? begitu juga untuk memperoleh kedamaian di akhirat harus mengetahui jalan menuju kedamaian akhirat. Untuk mengetahui kedua jalan tersebut harus menggunakan kendaraan ilmu, berupa pendidikan.Pendidikan merupakan sarana potensial menuju keharibaan Tuhan. Keberhasilan sebuah pendidikan tidak akan terlepas oleh profesionalisme pendidik yang menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya.
Dengan semakin “majunya perkembangan zaman”, menjadikan ajaran Al-Qur’an semakin ter-marjinalkan. Hal ini bisa diresapi oleh setiap individu bagaimana eksistensi pendidikan belakangan ini yang tidak memiliki arah secara hakiki. Pendidikan yang mestinya menjadi kewajiban individu terhadap penciptanya, kini hal tersebut sudah tidak memiliki atsar lagi. Kini pendidikan sudah tidak mengarah kepada ranah yang hakiki, justeru mengarah pada prestise, tidak mementingkan moral, dan mempreoritaskan pada hal yang berbau materi.
Adanya ranah pendidikan yang semakin melenceng jauh dari kehakikiannya, tidak terlepas dari seorang pendidik yang mestinya menjadi suri teladan bagi peserta didiknya justru belakangan ini banyak guru yang membiarkan bahkan membentuk anak didik menjauh dari ajaran Al-Qur’an sehingga dekadensi moral tak bisa dielakkan lagi.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana konsep dalam perspektif Al-Qur’an dan hadist ?
2.      Apa saja sifat yang harus dimiliki oleh pendidik dalam perspektif Islam ?
3.      Apa hakikat dan tugas pendidik dalam perspektif Islam ?
4.      Bagaimana kompetensi pendidik dalam perspektif Islam?
  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP PENDIDIKAN DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS
Kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah terletak pada kemampuan akal pikirannya. Menurut Ibnu Khaldunmanusia adalah makhluk yang berfikir. Oleh karena itu ia mampu melahirkan ilmu (pengetahuan) dan teknologi. Sifat-sifat seperti ini tidak dimiliki makhluk lainya. Lewat kemampuan berfikirnya itu manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup. Proses-proses yang seperti ini melahirkan peradaban. Untuk mengantarkan pada suatu pemikiran yang dinamis dan prospektif Al-Qur’an mengajarkan umat manusia untuk selalu membaca (belajar). Konteks membaca baik secara tekstual maupun membaca secara kontekstual. Sebenarnya membaca dan menulis menjadi simbol pertama dan utama dalam ajaran Al-Qur;an sebagaimana firman Allah yang pertama dalam surat Al-Alaq;
اقراء باسم ربك الذي خلق. خلق الإنسان من علق. إقراء وربك الأكرم. الذي علم بالقلم .علم الانسان مالم يعلم
“Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia tela menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yg pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.” (Q.S. Al-‘Alaq/ 96: 1-5 )
Dari firman diatas betapa Allah SWT. sangat apresiatif terhadap ilmu pengetahuan. Dia memberi isyarat pentingnya manusia untuk belajar membaca dan menulis dan menganalisa dari segala yang ada ini dengan diberi potensi akal sebagai pisau pengasahnya. Dengan membaca dan menulis, manusia akan eksis menjadi khalifah di bumi sebagaimana yang dijanjikan-Nya.
Dengan diawali membaca, menulis dan selanjutnya mengetahui jagat raya dan dibalik semuanya, kemudian manusia beriman, disinilah baru nampak kedudukan manusia yang tinggi, sebagaimana Allah SWT. berfirman:
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات، والله بماتعملون خبير.
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antarmu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuanbeberapa derajat. Dan Alla Maha mengatahui apa yang kam kerjakan”.(Q.S. Al-Mujaadilah/ 58: 11).
Dengan demikian betapa pentingnya pendidikan dalam Al-Qur’an. Pendidikan dengan melalui media membaca, menulis dan menganalisa segala relaitas yang terbesit dalam benak manusia menjadi keniscayaan bagi manusia yg memiliki potensi sehingga lebih sempurna ketimbang makhluk Tuhan lainnya. Tentunya apabila potensi tersebut digunakan secara dinamis dan benar akan mengantarkan manusia pada posisi hasanah di dunia dan hasanah di akhirat.
Dalam hadits juga telah dijelaskan mengenai konsep pedidikan bahwa manusia sebagai makhluk yang diwajibkan untuk mengajar atau mendidik orang lain karena memang telah diberi fitrah sebagai pendidik atau pengajar. Sebagaimana sabda nabi SAW yang diriwayatkan oleh Baihaqi “ Aku diutus (Allah) untuk menjadi pengajar” dan “jadilah kamu pengajar atau pelajar (orang yang belajar) atau pendengar akan penlajaran, atau pecinta pelajaran janganlah menjadi orang yang kelima maka rusaklah kamu”.[1]

B.     SIFAT YANG HARUS DIMILIKI PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Ada beberapa pernyataan tentang tugas guru yang dapat disebutkan disini, yang diambil dari uraian penulis muslim tentang syarat dan sifat guru, misalnya sebagai berikut:[2]
1.      Guru harus mengetahui karakter murid.
2.      Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya.
3.      Guru harus mengamalkan ilmunya.
Sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik sebagaimana tercantum dalam Al-Quran, diantaranya:
a.       Sifat shiddiq, sebagaimana surat. An-nisa’: 104,
b.      Amanah sebagaimana surat al-qashash: 26,
c.       Tabligh, fathanah, mukhlish sebagaimana surat al-bayyinah: 5,
d.      Sabar sebagaimana surat al-muzammil: 10, dan surat ali imron:159,
e.       Saleh (mencintai, membina, menyokong kebaikan) sebagaimana surat an-nur: 55,
f.       Adil sebagaimana surat al-maidah: 8,
g.      Mampu mengendalikan diri sesuai diri sendiri sebagaimana surat an-nur: 30,
h.      Kemampuan kemasyarakatan sesuai surat ali imron: 112,
i.        Ketaqwaan kepada allah sebagimana surat al-a’raf: 26, dan surat al-mudatstsir : 1-7).
Menurut Al-Ghazali pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi kepribadiannya,[3]diantanya:
a.       Sabar
b.      Kasih sayang
c.       Sopan
d.      Tidak riya’
e.       Tidak takabbur
f.       Tawadhu’
g.      Pembicaraan terarah
h.      Bersahabat
a.       Tidak pemarah
b.      Membimbing dan mendidik dengan baik
c.       Sportif
d.      Ikhlas
Sehingga Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidik tidak boleh meminta bayaran dan apabila bila mengajar ilmu agama hanya boleh menerimanya.

C.     HAKIKAT DAN TUGAS PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN HASITS
Pendidik menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Definisi ini memberi pengertian, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan aktivitas dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris disebut dengan Teacher, yang diartikan guru atau pengajar dan Tutor yang berarti guru privat, atau guru yang mengajar dirumah.[4]
 Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz,Mudarris, Mu’allim dan Mu’addib. Kata Ustadz jamaknya Asatidz yang berarti Teacher (guru), professor (gelar akademik), jenjang dibidang intektual, pelatif, penulis, dan penyair. Adapun kata Mudarris berarti Teacher (guru), Instructor (pelatih) dan Lecturer (dosen). Selanjutnya kata Mu’allim yang juga berarti Teacher (guru), Instructor (pelatih), Trainer (pemandu). Selanjutnya kata Mu’addib berarti Educator (pendidik) atau teacher in Koranic School (guru dalam lembaga pendidikan Al-Qur-an).[5]
Sebagaimana telah disinggung mengenai pengertian pendidik, didalam al-Qur’an telah tersirat pula mengenai tugas-tugas pendidik, maka lebih diperjelas lagi, yaitu:[6]
1.      Mengajarkan bacaan al-Qur’an atau membacakan al-Qur’an
2.      Membimbing dan menuntun peserta didik agar berakhlak mulia dengan membersihkan jiwa mereka
3.      Mengajarkan kandungan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan secara integral
Sedangkan tugas pendidik yang tersirat didalam hadits adalah sebagai berikut:[7]
1.      Sebagai orang yang menkomunikasikan ilmu pengetahuan, hal ini sesuai dengan hadits yang artinya “sampaikanlah (pengetahuan) dariku walau hanya satu ayat”
2.      Sebagai model  atau tauladan, “rusaknya umatku karena dua macam orang, yaitu seoranng alim yang durjana dan seorang sholih yang jahil...” (HR. Baihaqi)
3.      Sebagai penggerak (motivator) masyarakat.

D.    KOMPETENSI PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Kompetensi pada intinya adalah kecakapan, kemampuan untuk melakukan sesuatu. Namun secara lebih luas, kompetensi sebagaiman dikemukakan oleh Mulyasa (2003:37) adalah merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Mulyasa (2003:38) dijelaskan tentanng kompetensi itu dengan beberapa aspek atau ranah yang terkandung didalamnya sebagai berikut:[8]


1.      Pengetahuan (knowledge) yaitu, kesadaran dalam bidang kognitif.
2.      Pemahaman (understanding) yaitu, kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
3.      Kemampuan (skill) yaitu, sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4.      Nilai (value) yaitu, suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
5.      Sikap (attitude) yaitu, perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar.
6.      Minat (interest) yaitu, kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidik sebagai komponen yang terpenting di dunia pendidikan menjadi figur di lingkungannya dalam mengantarkan anak-anak didiknya pada ranah kehidupan masa depan yang lebih cerah. Pendidik sebagai ujung tombak dalam memberangus kebodohan dan kemaksiatan, tentunya harus memiliki karakteristik Qur’ani dengan jalan yang persuasif dan konstruktif.Satu sisi pendidik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ilmunya, mencerdaskan masyarakat, sedangkan sisi lain ia mempunyai kewajiban menyambung hidupnya. Sehingga dua kewajiban yang bersamaan ini semestinya harus terpenuhi tanpa mengurangi keikhlasan yang dianjurkan dalam Al-Qur’an.
Dengan demikian pendidik dalam Al-Qur’an adalah sebagai penentu kebaikan generasi muda masa depan, karena ditangan pendidiklah generasi muda akan menjadi generasi yang tangguh dan siap melanjutkan estafet kepemimpinan masa dengan yang lebih damai sejahtera sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.

  
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Ahmad. 1992.Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung :Remaja Rosdakarya
Al-Ghazali. 1939.Ihya’ ‘Ulumuddin. Beirut: Dar al-Fikr
Nata Abuddin. 2001. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
UhbiyatiNur. 2013.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jtptiain_gdl_Abdulhakim_5690_1_073111536.pdf
www.Akhi_anta_wijaya.blogspot.co.id/2010/06/tugas_pendidik_dalal_perspektif_hadits.html?m=1 di ambil pada hari sabtu 5 Desember 2015 pukul 11:51


[1]Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (semarang: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2013) hal 12
[2]DR. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994), hal 79.

[3]Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumuddin, (Dar al-Fikr:Beirut1939) hal 13
[4]Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), 41
[5]Ibid, 41-42.
[6] Jtptiain_gdl_Abdulhakim_5690_1_073111536.pdf
[7] Akhi_anta_wijaya.blogspot.co.id/2010/06/tugas_pendidik_dalal_perspektif_hadits.html?m=1
[8]Nur Uhbiyati, hal 114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar